Setiap insan terlahir dari sebuah keluarga yang berbeda-beda, pun aku dan kau yang tak bisa memilih bakalan terlahir dari keluarga mana. Semua sudah menjadi takdirNya, tak apa dan tak menjadi persoalan sebab Dialah sang Sutradara. Pengatur segala peran kehidupan.
Terlahir, tumbuh, mendewasa bersama orang-orang pilihanNya, membentuk sebuah rasa yang dinamakan sayang dan juga cinta. Sebuah anugerah terindah yang Allah sisipkan pada setiap hati hambanya.
Berkembang menjadi pribadi yang hidup penuh kebermanfaat hingga menua bersama orang tersayang adalah sebuah impian. Namun, kembali mengingat setiap usia telah digariskan. Muda, tua, sehat serta sakit setiap yang hidup pasti akan kembali sesuai degan ketetapan.
Ketetapan hidup adalah sebuah takdir mutlak yang tidak dapat ditolak oleh setiap insan. Meyakini setiap takdir, sembari melakukkan segala yang terbaik merupakan cara terbijak memaknai hidup. Berbagai cara yang dapat dilakukkan salah satunya dengan berbakti. Berbakti dengan keluarga misalnya, menikmati setiap detiknya bersama.
Mengapa itu menjadi permisalan utama? sebab keluarga adalah tempat terbaik untuk kembali. tempat yang selalu sejuk serta menenangkan saat diri dalam keadaan kalah maupun menang. Nyatanya seperti itu bukan. Mengingat detik yang terlewati, mengapa mengingat karena ingatan menumbuhkan rasa syukur.
Rasa syukur atas setiap anugerah yang disisipkan. rasa syukur atas mereka yang Allah telah hadirkan. Mengingat detik yang terlewati, adalah belajar tentang menghargai setiap waktu yang Allah beri, dimana waktu itu tak boleh diabaikan begitu saja hingga berlalu tak dapat apa-apa.
Mengingat detik yang terlewati adalah cara untuk belajar lebih untuk mendewasa dengan mengutamakan keluarga diatas segalanya, sebab mereka tiada bandingannya. Ketulusan serta kesabaran dari setiapnya tak muda ditiru oleh semberangan mereka diluar sana. Mengingat semua ini memberikan pembelajaran bahwa apa yang ada haruslah disyukuri, apa yang ada haruslah dijaga.
Pun aku bersyukur telah menjagamu, meskipun awalnya kuinginkanmu bersama hingga menua namun Tuhan lebih menyayangimu. Terngiang selalu tawamu dipelupuk mataku namun hanya do'a yang menjadi cara memelukmu dari jauh. Usia tak ada yang pernah tau, bergegaslah menjalankan apa yang keluarga mau sebab, kala waktu itu datang yang tersisa hanyalah rindu.
Dan ingatlah kau takkan mampu bertemunya lagi semaumu. Hargai mereka yang didekatmu.
Mengapa itu menjadi permisalan utama? sebab keluarga adalah tempat terbaik untuk kembali. tempat yang selalu sejuk serta menenangkan saat diri dalam keadaan kalah maupun menang. Nyatanya seperti itu bukan. Mengingat detik yang terlewati, mengapa mengingat karena ingatan menumbuhkan rasa syukur.
Rasa syukur atas setiap anugerah yang disisipkan. rasa syukur atas mereka yang Allah telah hadirkan. Mengingat detik yang terlewati, adalah belajar tentang menghargai setiap waktu yang Allah beri, dimana waktu itu tak boleh diabaikan begitu saja hingga berlalu tak dapat apa-apa.
Mengingat detik yang terlewati adalah cara untuk belajar lebih untuk mendewasa dengan mengutamakan keluarga diatas segalanya, sebab mereka tiada bandingannya. Ketulusan serta kesabaran dari setiapnya tak muda ditiru oleh semberangan mereka diluar sana. Mengingat semua ini memberikan pembelajaran bahwa apa yang ada haruslah disyukuri, apa yang ada haruslah dijaga.
Pun aku bersyukur telah menjagamu, meskipun awalnya kuinginkanmu bersama hingga menua namun Tuhan lebih menyayangimu. Terngiang selalu tawamu dipelupuk mataku namun hanya do'a yang menjadi cara memelukmu dari jauh. Usia tak ada yang pernah tau, bergegaslah menjalankan apa yang keluarga mau sebab, kala waktu itu datang yang tersisa hanyalah rindu.
Dan ingatlah kau takkan mampu bertemunya lagi semaumu. Hargai mereka yang didekatmu.
Komentar
Posting Komentar